Rabu, 04 Januari 2017

MODEL PEMBELAJARAN DIKELAS



Model Model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung tidak sama dengan metode ceramah.  Model pembelajaran langsung merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membantu siswa mempelajari keterampilan dasar dan memperoleh informasi yang dapat diajarkan selangkah demi selangkah. Model pembelajaran langsung adalah suatu model pembelajaran yang dirancang secara khusus untuk mengembangkan belajar tentang pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang terstruktur dengan baik dan dapat dipelajari selangkah demi selangkah.
Model pembelajaran langsung memerlukan perencanaan dan pelaksanaan yang cukup rinci terutama pada analisis tugas. Meskipun model pembelajaran langsung berpusat pada guru, tetapi harus tetap menjamin keterlibatan siswa. Lingkungan belajar harus diciptakan yang berorientasi pada tugas-tugas yang harus diselesaikan warga belajar.
Beberapa kelebihan model pembelajaran langsung seperti seperti antara lain berikut.
a. Materi yang disajikan relatif lebih banyak untuk waktu yang singkat.
b. Untuk materi yang sifatnya prosedural, model pembelajaran langsung  mudah diikuti.
Sedangkan kelemahan model pengajaran langsung antara lain bila pembelajaran tidak dirancang dengan baik, maka model ini akan dipenuhi dengan metode ceramah yang tidak melatih siswa untuk mandiri, dan mengkonstruksi pengetahuan sendiri, dan  dapat membuat  siswa akan cepat bosan.
Ciri-ciri Model Pembelajaran Langsung
Dalam impementasinya model pembelajaran langsung dapat diketahui dari tahap-tahap pembelajaran yang jelas. Tahap tersebut misalnya  pada awal pembelajaran guru menjelaskan tujuan, latar belakang pembelajaran, dan juga menyiapkan siswa untuk memasuki materi baru dengan mengingatkan kembali pada hasil belajar yang telah dimiliki siswa yang relevan dengan materi yang akan dipelajari. Pada tahap awal juga terdapat apersepsi, introduksi dan motivasi.
Tahap selanjutnya adalah guru memulai mendemonstrasikan/ mempresentasikan materi ajar mengenai ketrampilan tertentu. Pada saat mendemonstrasikan pengetahuan, guru memberikan informasi yang jelas dan spesifik kepada siswa, sehingga akan memberikan dampak yang positif terhadap proses belajar siswa. Kemudian guru memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan latihan dan memberi umpan balik terhadap keberhasilan siswa.
Tahapan model pembelajaran langsung
Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang disajikan dengan tahap-tahap:
·         penyampaian tujuan pembelajaran prosedur penilaian hasil belajar,
·         mendemonstrasikan ilmu pengetahuan dan keterampilan,
·         pemberian latihan terbimbing,
·         mengecek pemahaman dan pemberian umpan balik, dan
·         pemberian perluasan latihan dan pemindahan ilmu.

Tujuan Model Pembelajaran Langsung
Pembelajaran dengan model pembelajaran langsung lebih menekankan pada aktivitas guru, artinya guru lebih banyak demonstrasi dari guru sehingga salah satu di antaranya metode yang digunakan adalah metode demonstrasi. Namun demikian tetap harus memperhatikan keaktifan siswa. Dalam praktiknya guru dituntut keaktifan, ketrampilan, kreatifitas dan kemahiran dalam berdemonstrasi.
Secara singkat tujuan dari model pembelajaran langsung adalah:
(a) mengajarkan materi pelajaran beroreintasi pada teknik penilaian unjuk kerja, dan
(b) membantu siswa untuk memperoleh pengetahuan dan ketrampilan prosedural/tersetruktur, yaitu pengetahuan atau ketrampilan tentang bagaimana melakukan sesuatu.
Sintaks Model Pembelajaran Langsung
Dalam membelajarkan matematika dengan model pembelajaran langsung, diperlukan serangkaian  metode pembelajaran seperti, metode ekspositori, ceramah, tanya jawab, diskusi dan lain-lain.
Pembelajaran langsung dengan urutan (sintaks) sebagai berikut ini:
·         Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan siswa
·         Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
·         Membimbing pelatihan
·         Mengecek  pemahaman dan memberikan umpan  balik
·         Memberikan latihan dan penerapan konsep
2. Model Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif sangat berbeda dengan pembelajaran langsung. Model pembelajaran ini dapat digunakan untuk mengajarkan materi yang agak kompleks, dan yang lebih penting lagi, dapat membantu guru untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berdimensi soasial dan hubungan antar manusia. Misalnya, telah dibuktikan bahwa pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk memperbaiki hubungan antar suku dan etnik dalam kelas yang bersifat multikultural, dan hubungan antara siswa biasa dengan penyandang cacat. Secara ringkas tujuan pembelajaran kooperatif dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Belajar secara kooperatif dikembangkan berdasarkan teori belajar kognitif konstruktivis dan teori belajar sosial.
Terdapat enam fase utama di dalam model pembelajaran secara kooperatif.  Pelajaran dimulai dengan guru menyampaikan tujuan pelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar. Fase ini diikuti oleh penyajian informasi; seringkali dengan bahan bacaan daripada secara verbal. Selanjutnya siswa dikelompokkan ke dalam tim-tim belajar. Tahap ini diikuti bimbingan guru pada saat siswa bekerja bersama untuk menyelesaikan tugas bersama mereka. Fase terakhir pembelajaran kooperatif meliputi presentasi hasil akhir kerja kelompok, atau evaluasi tentang apa yang telah mereka pelajari dan memberi penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu.

Lingkungan belajar untuk pembelajaran kooperatif dicirikan oleh proses demokrasi dan peran aktif siswa dalam menentukan apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Guru menerapkan suatu strutur tingkat tinggi dalam pembentukan kelompok dan mendefinisikan semua prosedur, namun siswa diberi kebebasan dalam mengendalikan dari waktu ke waktu di dalam kelompoknya. Jika pembelajaran kooperatif ingin menjadi sukses, materi pembelajaran yang lengkap harus tersedia di ruangan guru atau di perpustakaan atau pusat media. Keberhasilan juga menghendaki syarat dari menjauhkan kesalahan tradisional, yaitu secara ketat mengelola tingkah laku siswa dalam kerja kelompok.
Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif.
Ciri-ciri pembelajaran kooperatif menurut Stahl (dalam Ismail (2003), adalah:
·         belajar dengan teman,
·         tatap muka antar teman,
·         mendengarkan antar anggota,
·         belajar dari teman sendiri dalam kelompok,
·         belajar dalam kelompok kecil,
·         produktif berbicara atau mengemukakanpendapat/gagasan,
·         siswa membuat keputusan, dan
·         siswa aktif.
Sedangkan menurut Johnson (1984) belajar kooperatif mempunyai ciri-ciri:
·         saling ketergantungan yang positif,
·         dapat dipertanggungjawabkan secara individu,
·         heterogin,
·         berbagi kepepimpinan,
·         berbagi tanggungjawab,
·         ditekankan pada tugas dan kebersamaan,
·         mempunyai keterampilan dalam berhubungan sosial,
·         guru mengamati, dan
·         efektivitas tergantung pada kelompok.

Dengan demikian  di dalam pembelajaran kooperatif haruslah terjadi aktivitas sebagai berikut:
1. siswa belajar dalam kelompok, produktif mendengar,  mengemukakan pendapat, dan membuat keputusan secara bersama,
2. kelompok terdiri dari siswa-siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang, dan rendah,
3. jika dalam kelas terdapat siswa-siswa yang terdiri dari berbagai ras, suku, agama, budaya, dan jenis kelamin yang berbeda, maka diupayakan agar dalam setiap kelompok pun terdapat terdapat ras, suku, agama, dan jenis kelamin yang berbeda pula, dan
 4. penghargaan lebih diutamakan pada kerja kelompok daripada kerja perorangan.
Aktivitas dalam model pembelajaran kooperatif dimulai dengan membagi siswa menjadi kelompok-kelompok kecil 3 – 5 siswa per kelompok. Setiap siswa ditempatkan di dalam kelas sedemikian rupa sehingga antara anggota kelompok dapat belajar dan berdiskusi dengan baik tanpa mengganggu kelompok yang lain. Guru membagi materi pelajaran, baik berupa lembar kerja siswa, buku, atau penugasan. Selanjutnya guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan memberikan pengarahan tentang materi yang harus dipelajari dan permasalahan-permasalahan yang harus diselesaikan. siswa secara sindiri-sendiri mempelajari materi pelajaran, dan jika ada kesulitan mereka saling berdiskusi dengan teman-temannya dalam kelompok.
Untuk menguasai materi pelajaran atau menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan, setiap siswa dalam kelompok ikut bertanggungjawab secara bersama, yakni dengan cara berdiskusi, saling tukar ide/gagasan, pengetahuan dan pengalaman, demi tercapainya tujuan pembelajaran secara bersama-bersama.
Tujuan Pembelajaran Kooperatif
Pengelolaan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif, paling tidak ada tiga tujuan yang ingin dicapai, yaitu :
1) Hasil belajar akademik
Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif unggul dlam membantu siswa yang sulit.
2) Pengakuan Adanya Keragaman
Model pembelajaran kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan ras, suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
3) Pengembangan keterampilan sosial
Model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah : berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya.

Sintaks Model Pembelajaran Kooperatif
Dalam model pembelajaran kooperatif terdapat enam langkah utama, yang dimulai dengan langkah guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, hingga diakhiri dengan langkah memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha kelompok maupun individu. Model pembelajaran kooperatif mempunyai strategi yang dijabarkan dalam langkah-langkah (sintak) pembelajaran  sebagai berikut.
·         Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa
·         Menyajikan informasi
·         Mengorganisasikan siswa dalam kelompok-kelompok
·         Membimbing kelompok bekerja dan belajar
·         Evaluasi
·         Memberi penghargaan
3. Model Siklus Belajar (Learning Cycle Model)
Model pembelajaran ini dikembangkan oleh Robert Karplus dalam proyek SCIS (Science Curriculum Inprovement Study) tahun 1970-an di Amerika Serikat. Model pembelajaran ini terdiri atas tiga fase sebagai sintaks pembelajarannya, yaitu sebagai berikut: eksplorasi; pengenalan konsep; aplikasi konsep. Penjelasan masing-masing fase adalah sebagai berikut:
  • Fase-1 (Eksplorasi), pada fase ini siswa secara langsung diberi kesempatan menggunakan pengetahuan awalnya dalam mengobservasi, memahami fenomena alam, dan mengkomunikasikannya pada orang lain.
  • Fase ke-2 (Pengenalan Konsep), pada fase ini guru mengontrol langsung pengembangan konsep yang dilakukan siswa dan membantu dalam mengidentifikasikan konsep serta menghubungkan antar konsep yang telah mereka dapat.
  • Fase ke-3 (Aplikasi Konsep), pada fase ini siswa melakukan kegiatan menerapkan konsep sains dalam konteks kehidupan sehari-hari atau disiplin ilmu lain dan selanjutnya menerapkan konsep pada situasi baru.
Sekian uraian mengenai model-model pembelajaran yang populer digunakan dalam pembelajaran. Tidak menutup kemungkinan masih ada model-model yang populer yang lain yang bisa masuk ke dalam kategori model pembelajaran yang tergolong sangat sering digunakan oleh pendidik dalam proses belajar mengajar. Semoga dapat bermanfaat.
4. Pembelajaran Diskusi Kelas
Terlepas dari pendekatan pembelajaran yang digunakan, pada saat-saat tertentu selama berlangsungnya pembelajaran, diperlukan dialog antara guru dan siswa, serta antara siswa dengan siswa. Diskusi adalah suatu pendekatan pembelajaran yang memungkinkan berlangsungnya dialog tersebut. Sintaks diskusi berbeda dengan sintaks model pembelajaran yang lain. Misalnya, diskusi dapat terjadi pada pembelajaran kooperatif, antara guru dan sejumlah siswa pada pembelajaran berdasarkan masalah, dan resitasi pada pembelajaran langsung.
Diskusi merupakan komunikasi dimana khalayak berbicara dengan orang lain, saling membagi gagasan dan pendapat. Diskusi digunakan oleh guru untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran (Arends, 1977) berikut ini: diskusi memperbaiki pemikiran siswa dan membantu mereka menyusun pemahaman materi akademis; mendorong keterlibatan dan keikutsertaan siswa-memberi kesempatan luas kepada siswa untuk mengutarakan ide-ide mereka sendiri, serta memotivasi siswa untuk ikut terlibat dalam pembicaraan di kelas; dan membantu siswa belajar keterampilan komunikasi dan proses berpikir.
Sintaks pembelajaran diskusi terdiri atas lima tahapan yaitu dimulai dengan guru menyampaikan TPK dan membangkitkan motivasi; memfokuskan diskusi; menyelenggarakan diskusi; mengakhiri diskusi; dan mengikhtisarkan diskusi.
Salah satu aspek diskusi adalah kemampuan untuk meningkatkan pertumbuhan kognitif, menghubungkan dan menyatukan aspek kognitif dan aspek sosial dalam belajar. Diskusi kelas dapat digunakan untuk meningkatkan lingkungan sosial yang positif di kelas.
5. Pembelajaran Berdasarkan Masalah (Problem-Based Instruction)
Pembelajaran Berdasarkan Masalah (PBM) tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa. Pembelajaran langsung dan ceramah lebih cocok untuk tujuan semacam ini. Model pembelajaran berdasarkan masalah utamanya dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual; belajar berbagai peran orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri. Tujuan pembelajaran berdasarkan masalah adalah keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah; pemodelan orang dewasa; dan pebelajar yang otonom dan mandiri. Pendekatan kontemporer pada pembelajaran berdasarkan masalah bertumpu pada psikologi kognitif dan paradigma kontruktivistik tentang belajar.
Sintaks PBM terdiri dari lima fase utama yang dimulai dengan guru memperkenalkan siswa dengan suatu situasi masalah dan diakhiri dengan penyajian dan analisis hasil kerja siswa. Jika jangkauan masalahnya sedang-sedang saja, kelima tahapan tersebut mungkin dapat diselesaikan dalam 2 sampai 3 kali pertemuan. Namun untuk masalah yang kompleks mungkin akan membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyelesaikannya.
Tidak seperti halnya lingkungan belajar yang terstruktur secara ketat yang dibutuhkan untuk pembelajaran langsung atau penggunaan yang hati-hati kelompok kecil pembelajaran kooperatif, lingkungan belajar dan sistem manajemen pada PBM dicirikan oleh: terbuka, proses demokrasi, dan peranan siswa aktif. Dalam kenyataan keseluruhan proses membantu siswa yang otonom yang percaya pada keterampilan intelektual mereka sendiri memerlukan keterlibatan aktif dalam lingkungan berorientasi inkuiri yang aman secara intektual. Meskipun guru dan siswa melakukan tahapan pembelajaran PBM yang terstruktur dan dapat diprediksi, norma di sekitar pelajaran adalah norma inkuiri terbuka dan bebas mengemukakan pendapat.Penekanan peranan sentral pada siswa dan bukan guru merupakan ciri khas lingkungan belajar model ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar